Kembang Api: Sejak Kapan Ada dan dari Mana Warnanya Berasal?
LEISURIAN, JAKARTA — Kembang api menandai perayaan Tahun Baru 2024 di berbagai negara. Keindahan kembang api dengan aneka warna dan bentuk dapat “membius” siapa saja yang melihatnya.
Penasarkah kamu sejak kapan kembang api ada dan dari mana warna-warnanya berasal? Yuk simak penjelasan berikut ini.
Pada awalnya, kembang api hanya berupa bubuk mesiu biasa dengan suara. Namun kini, kembang api semakin modern dapat menciptakan berbagai bentuk, warna, dan suara.
Setiap kembang api modern terdiri atas cangkang udara. Ini adalah tabung yang berisi bubuk mesiu dan puluhan polong kecil. Masing-masing polong disebut "bintang". Bintang-bintang ini berukuran diameter sekitar 1 hingga 1,5 inci (3 hingga 4 sentimeter), menurut American Chemical Society (ACA). Polong tersebut terdiri atas bahan bakar, agen pengoksidasi, sebuah pengikat, serta logam atau oksida logam untuk pewarna.
Kembang api juga memiliki sumbu untuk menyalakan bubuk mesiu. Setiap bintang membuat satu titik dalam ledakan kembang api.
Saat pewarna dipanaskan, atom-atomnya menyerap energi, kemudian menghasilkan cahaya karena kehilangan energi berlebih. Bahan kimia yang berbeda menghasilkan jumlah energi yang berbeda, menciptakan warna yang berbeda.
Misalnya, ketika natrium nitrat dipanaskan, elektron dalam atom natrium menyerap energi dan tereksitasi. Ketika elektron turun dari tingkat tinggi, mereka melepaskan energinya, sekitar 200 kilojoule per mol (satuan pengukuran zat kimia), atau energi cahaya kuning, menurut situs web profesor kimia Bassam di Universitas Wisconsin-Madison Z Shakhashiri.
Bagaimana kembang api mendapatkan warnanya?
Menurut ACA, berikut cara pembuatan warna kembang api:
-Warna biru dibuat dengan senyawa tembaga-klorida.
-Warna merah dibuat dengan garam strontium, strontium karbonat, dan garam litium.
-Warna ungu dibuat dengan campuran senyawa tembaga penghasil warna biru dan senyawa strontium penghasil warna merah.
-Warna oranye dibuat dengan garam kalsium dan kalsium klorida.
-Warna hijau dibuat dengan barium klorida dan senyawa barium lainnya.
Sejarah kembang api
Kebanyakan sejarawan berpendapat bahwa kembang api ditemukan di Cina, meskipun ada pula yang berpendapat bahwa tempat kelahiran aslinya adalah di Timur Tengah atau India. Pada tahun 800, para alkemis Cina mencampurkan belerang dan arang untuk menghasilkan bubuk mesiu mentah, menurut American Pyrotechnics Safety and Education Foundation.
Ini bukanlah tujuan mereka. Mereka sebenarnya mencari resep untuk hidup kekal, tapi apa yang mereka ciptakan tetap mengubah dunia. Begitu mereka menyadari apa yang telah mereka buat, orang-orang Cina percaya bahwa ledakan-ledakan ini akan mengusir roh jahat.
Untuk membuat kembang api pertama, mereka mengemas bubuk mesiu baru ke dalam rebung dan melemparkannya ke dalam api, sehingga menimbulkan ledakan keras. Setelah itu, kembang api berevolusi. Misalnya, tabung kertas menggantikan batang bambu, dan alih-alih membuang tabung tersebut ke dalam api, masyarakat menambahkan sekering yang terbuat dari kertas tisu.
Pada abad ke-10, orang Cina telah menyadari bahwa mereka dapat membuat bom dengan bubuk mesiu, sehingga mereka menempelkan petasan pada anak panah yang mereka tembakkan ke arah musuh. Dalam 200 tahun berikutnya, kembang api diasah menjadi roket yang bisa ditembakkan ke musuh tanpa bantuan anak panah. Teknologi ini masih digunakan sampai sekarang dalam pertunjukan kembang api.